Jodoh dan Pengorbanan Sandal

Di dunia ini, hampir semua hal ditakdirkan untuk berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada matahari ada bulan, ada laki-laki ada perempuan, dan juga ada sandal yang terdiri atas bagian kanan dan kiri, juga berpasangan. Jika dicermati, ada fenomena menarik dibalik perjodohan itu. Siang dan malam merupakan sesuatu yang selalu dipasangkan tetapi tak pernah bersatu. Begitupun dengan bulan dan matahari. Ketika yang satu nampak maka satu yang lainnya tidak nampak.

Lain halnya dengan laki-laki dan perempuan. Kedua jenis ini disebutkan dalam al-Quran sebagai makhluk yang saling berpasangan (QS. Ar-Rum ayat 21). Tetapi mereka harus berusaha terlebih dahulu untuk menemukan jodohnya. Bahkan dalam QS. An-Nuur ayat 32 dijelaskan, untuk bisa mendapatkan jodoh, manusia harus dibantu oleh orang lain terlebih dahulu, baik melalui orang tua, teman atau tetangga.

Sekarang, coba kita lihat sandal. Berbeda dengan siang-malam ataupun lelaki-perempuan, barang (sandal) ini, dari awal penciptannya sudah ditakdirkan untuk bersama. Apakah kamu pernah lihat orang yang hanya memakai sandal sebelah saja? Saya kira tidak ada. kalaupun ada, itu hanya satu dari seratus juta orang. Mayoritas, akan memakai sandal dengan sepasang, kanan dan kiri. Sudah saya bilang dari awal, pasangan jenis ini selalu ditakdirkan untuk bersama.

Bagi para jomblowan jomblowati, kalian patut iri dengan kemesraan ‘mereka’. Namun naasnya, sejak zaman Mesir Kuno hingga zaman digital sekarang, sandal tetap sebagai alas kaki. Tempatnya selalu di bawah, diinjak-injak.

Pengorbanan

Tapi coba lihat pengorban yang dilakukan sandal! Begitu luar biasa. Dalam lamanwww.tribunnews.com pernah diberitakan, sandal berperan sangat penting; melindungi dan menyelamatkan pemiliknya dari musibah yang tidak dapat diprediksi. Kena kerikil, duri atau paku, misalnya.bahkan lebih dari itu.

Memang, tidak sesederhana itu berbicara mengenai sandal. ‘Ia’ rela berkorban demi kebahagiaan majikan atau pemakainya. ‘Ia’ pun tak pernah mengeluh, meminta untuk ditempatkan di atas sebagaimana topi yang dikenakan pada kepala.

Sangat paradok dengan kelakuan manusia yang kerap ria (sombong, bangga karena telah berbuat baik). Lihat saja orang-orang yang lagaknya membantu namun membawa wartawan agar hal yang dilakukan diketahui oleh publik.

Sejauh pengamatan saya selama ini, pengorbanan yang dilakukan sandal, sangatlah tulus. Ia tak pernah meminta apapun atas kebaikan yang telah dilakukannya. Pantas bila ‘ia’ ditakdirkan untuk selalu bersama dengan pasangannya, bahkan sedari awal diciptakan.


Coretan amburadul ini saya tulis untuk memenuhi tugas #WrittingChallenge-7 (WC). Seharusnya tulisan dengan tema “Sandal” ini sudah tebit minggu lalu, namun nampaknya ada hal yang menghalanginya. Ucapan maaf saya sampaikan kepada segenap pembaca yang budiman, terutama Crew WC; Ms Fahmi, Aam, Agita, dan juga Aziz selaku Crew Magang WC. (@Baihaqi_Annizar)

Tulisan ini pernah dipublikasikan di baihaqi-annizar.blogspot.com.

2 Comments

Tinggalkan komentar